Selama ini Kotagede dikenal sebagai Kota Perak karena Kota kecil yang berada di sudut Kota Jogja ini dulu pernah berjaya sebagai sentra industri kerajinan perak yang terkenal hingga ke luar negeri.

Tapi tahukah anda bahwa Kotagede merupakan saksi sejarah berdirinya kerajaan Mataram Islam yang kemudian pecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Berbagai peninggalan sejarah yang berupa bangunan, benda-benda pusaka, kesenian dan kebudayaan serta kearifan lokal masih tersisa di Kotagede.

Untuk menapaki sejarah kebesaran kerajaan Mataram di Kotagede, kita bisa melakukan blusukan dengan menggunakan jasa guide lokal yang siap memberi penjelasan mengenai sejarah tempat-tempat yang kita kunjungi.

Titik awal penelusuran dimulai dari Komplek Makam Panembahan Senopati. Komplek bangunan makam masih sangat kental dengan nuansa khas bangunan kuno dengan dinding yang tersusun dari batu bata berukuran besar. Untuk menuju makam kita akan melewati 3 buah Gapura yang berarsitektur Hindu.

Kita diwajibkan menggunakan busana jawa tradisional untuk memasuki area makam, selain itu kita dilarang untuk mengambil gambar/foto. Seperangkat pakaian tradisional jawa pria-wanita bisa di sewa di lokasi komplek makam.

Di komplek makam ini dimakamkan tokoh-tokoh penting kerajaan Mataram seperti Sultan Hadiwijaya, Ki Gede Pemanahan, dan Panembahan Senopati beserta keluarganya.

Di sisi selatan area makam terdapat sendang pemandian kuno yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat. Terdapat sendang putri dan sendang kakung. Juga terdapat kolam ikan di area sendang. Kita bisa melihat puluhan ikan lele berukuran besar bahkan jika beruntung kita dapat bertemu dengan ikan lele putih yang langka. Menurut kepercayaan masyarakat kita dilarang untuk menangkap apa lagi memakan ikan dari sendang karena dapat mendatangkan bencana.

Sementara itu di sisi utara makam terdapat Masjid Gedhe Mataram yang merupakan Masjid tertua di Yogyakarta. Masjid Gedhe memiliki bentuk limasan, terlihat dari struktur atap yang berbentuk limas dengan ruangan dibagi menjadi 2, ruang inti dan serambi. Jika anda muslim, cobalah shalat di Masjid Gedhe, suasana yang sejuk dan tenang membuat shalat kita menjadi lebih khusyu’.

Di sisi luar komplek makam dan masjid sebelah barat terdapat pohon beringin raksasa yang diyakini ditanam langsung oleh Sunan Kalijaga, pohon beringin berumur 500 tahun ini tumbuh setinggi 30 meter. Di sekitaran pohon beringin terdapat komplek pemukiman abdi dalem.

Berjalan ke selatan dari komplek makam, kita akan menemukan lokasi yang dikenal dengan nama between two gates. Adalah komplek rumah tradisional Kotagede yang digunakan sebagai pemukiman pribadi dan masih mempertahankan keaslian arsitekturnya. Disebut between two gates karena lokasi komplek ini terletak di antara dua gerbang yang berbentuk gapura rendah.

Melanjutkan perjalanan ke selatan kita akan menemukan tiga pohon beringin besar di tengah jalan, dan ditengahnya terdapat cungkup yang menyimpan dua benda peninggalan kerajaan Mataram, yaitu Watu Gilang dan Watu Cantheng.

Watu Gilang adalah batu berbentuk persegi berukuran 140 x 119 x 12,5 cm yang dipercaya merupakan bekas singgasana dari Panembahan Senopati ketika menjadi Raja Mataram waktu itu. Di salah satu sisi Watu Gilang terdapat bagian yang legok atau lekukan. Menurut cerita lekukan tersebut adalah tempat dimana kepala Ki Ageng Mangir dibenturkan oleh Panembahan Senopati karena membangkang terhadap Mataram.

Watu Cantheng adalah peninggalan berbentuk 3 buah batu berbentuk bundar berwarna kekuningan. Dipercaya Watu Cantheng dulunya adalah mainan Radeng Rangga, putra Panembahan Senopati yang sakti tapi bandel.

Di sini juga terdapat Watu Genthong, sebuah batu berbentuk gentong yang konon merupakan tempat air wudhu Ki Juru Mertani. Di dinding genthong terdapat beberapa lubang yang merupakan bekas tusukan jari Raden Rangga.

Peninggalan kerajaan Mataram lain yang masih bisa kita temui adalah sisa benteng Cepuri yang berada di pojok barat daya dan tenggara. Benteng ini dibangun menggunakan balok batu berukuran besar dan berdiri setebal 4 kaki.

Menjelajahi Kotagede memang tidak ada habisnya, waktu satu hari rasanya kurang, selain menelusuri peninggalan kerajaan Mataram yang sekaligus merupakan bukti bahwa Kotagede pernah menjadi pusat kerajaan Mataram, kita bisa mengunjungi beberapa tempat lainnya, seperti lorong jagalan, berpetualang kuliner khas, berburu kerajinan perak dan kuningan sekaligus menyaksikan proses pembuatannya, dll.

Comments