Makam Imogiri

Pemakaman Imogiri atau Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks pemakaman yang berlokasi di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Pemakaman ini dianggap suci dan kramat karena merupakan makam raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Pemakaman Imogiri telah lama menjadi objek wisata religi dan ziarah di Bantul. Dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu dan memiliki sekitar 400 buah anak tangga.

Sumber Gbr: Gudeg

Sumber Gbr: Gudeg

Dipilihnya bukit yang juga dinamai Pajimatan Girirejo ini memiliki cerita tersendiri. Menurut cerita masyarakat setempat, ketika Sultan Agung Hanyakrakusuma sedang mencari tanah sebagai pemakaman khusus sultan dan keluarga sultan, beliau melemparkan segenggam pasir dari tanah Arab. Pasir tersebut mendarat di perbukitan Imogiri, sehingga tempat itulah yang dipilih oleh Sultan Agung. Pada tahun 1632 M, kompleks Makam Imogiri itu mulai dibangun oleh Sultan Agung dengan menunjuk seorang arsitek bernama Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo. Tiga belas tahun kemudian, di makam ini pula lah Sultan Agung dimakamkan setelah wafat pada tahun 1645 M.

Sumber Gbr: Panduanwisata

Sumber Gbr: Panduanwisata

Sultan Agung sendiri dikenal sebagai penguasa terbesar pada masa Kerajaan Mataram Islam. Ia adalah raja ketiga setelah Penembahan Senopati dan Penembahan Seda Krapyak. Sultan Agung memiliki nama besar karena mampu menguasai hampir seluruh tanah Jawa. Dan pada tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung pernah menyerang markas VOC namun selalu gagal dikarenakan seorang pengkhianat yang membocorkan rencana penyerangannya. Adalah Tumenggung Endranata, salah seorang punggawa Mataram yang telah membocorkan rencana serangan Sultan Agung kepada pihak Belanda. Sebagai hukuman dari tindakanya sang Sultan memberikan hukuman mati dengan memenggal kepalanya. Dan sebagai pengingat serta ‘penghormatan’ kepada sang penghianat, tubuh Tumenggung Endranata yang tanpa kepala di makamkan di salah satu anak tangga yang setiap harinya dilewati dan di injak – injak oleh pengunjung yang berziarah ke makam ini.

Sumber Gbr: travelyogyakarta

Sumber Gbr: travelyogyakarta

Di makam ini juga dilaksanakan upacara pembersihan “nguras” Padasan Kong Enceh. Tradisi mengganti air gentong yang dilakukan pada setiap tanggal 1 Sura khususnya pada hari Jumat Kliwon bertempat di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul. Terdapat empat gentong yang akan dikuras dalam acara ini. Keempatnya merupakan hadiah dari Kerajaan Palembang, Kerajaan Aceh, Kerajaan Ngerum (Turki), dan Kerajaan Siam (Thailand) kepada Sultan Agung (1613-1645) sebagai penguasa Kerajaan Mataram saat itu sebagai tanda persahabatan.

Sumber Gbr: prasetyoipi10

Sumber Gbr: prasetyoipi10

Tata cara memasuki makam di tempat ini adalah pengunjung diharuskan memakai pakaian tradisonil Mataram. Pria harus mengenakan pakaian peranakan berupa beskap berwarna hitam atau biru tua bergaris-garis, tanpa memakai keris, atau hanya memakai kain/jarit tanpa baju. Sedangkan wanita harus mengenakan kemben.Selama berziarah pengunjung tidak diperkenankan memakai perhiasan. Bagi kerabat istana khususnya putra-putri raja ada peraturan tersendiri, pria memakai beskap tanpa keris, puteri dewasa mengenakan kebaya dengan ukel tekuk, sedangkan puteri yang masih kecil memakai sabuk wolo ukel konde. Jika tidak ingin mengenakan pakaian adat maka pengunjung hanya diperbolehkan sampai pendopo tempat para abdi dalem berjaga.

Rute Menuju Makam Raja Imogiri

Berjarak sekitar 12 kilometer arah selatan Kota Yogyakarta. Untuk menuju komplek makam ini sangatlah mudah. Bila menggunakan kendaraan bermotor, anda bisa melewati Jalan Imogiri Timur atau dari selatan Terminal Giwangan, langsung berjalan lurus hingga masuk wilayah Imogiri. Sekitar 20 menit dari tempat itu, sudah sampailah ke komplek makam raja-raja di Imogiri.

Peta Makam Raja Imogiri

Comments