Ingin tau rasanya berada di kabin pilot pesawat tempur, helikopter dan pesawat angkut TNI AU? Menyentuh langsung senjata-senjata berat sampai roket yang pernah digunakan oleh TNI AU semasa perjuangan kemerdekaan? Serta menelusuri sejarah panjang lahir dan perjuangan TNI AU? Siapkan waktu dan budget anda untuk mengajak keluarga jalan-jalan sambil belajar sejarah di Museum Dirgantara Yogyakarta.

Museum Dirgantara Yogyakarta terletak di Komplek Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta (Timur Jembatan Layang Janti). Objek wisata yang masuk dalam kategori Wisata Edukasi ini sangat cocok dikunjungi bersama keluarga dan anak-anak. Selain berlibur menyegarkan pikiran, di sini kita dapat mengenal dan menghayati sejarah perjuangan TNI AU pada masa Kemerdekaan.

Memasuki area museum, kita disambut sejumlah koleksi pesawat tua milik TNI AU dari berbagai jenis, mulai pesawat tempur, pesawat bomber, pesawat angkut, hingga rudal. Kita bebas berfoto dan menyentuh koleksi-koleksi tersebut.

Masuk ke area gedung kita disambut patung 4 tokoh pionir TNI Angkatan Udara, yaitu Marsekal Muda Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, Mersekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, dan Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi. Nama tokoh-tokoh pahlawan ini kemudian diabadikan menjadi nama-nama bandara.

Di ruang gedung museum kita akan disajikan berbagai foto dan dokumen bersejarah yang memberikan informasi terbentuknya Angkatan Udara Indonesia termasuk serangan pertama yang dilakukan oleh Angkatan Udara, berdirinya sekolah penerbang pertama di Maguwo, koleksi peralatan radio kuno, serta foto-foto penumpasan berbagai pemberontakan.

Perjalanan berlanjut ke ruangan yang memamerkan berbagai jenis pakaian seragam yang biasa dipakai oleh para prajurit dan staff TNI AU, mulai pakaian dinas harian, pakaian tempur, pakaian penerbang, dll.

Ruangan berikutnya merupakan bagian favorit dari Museum Dirgantara, di sini tersimpan koleksi alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) yang pernah digunakan oleh TNI AU, meliputi berbagai jenis dan ukuran pesawat baik pesawat angkut maupun pesawat tempur buatan Eropa, Amerika, atau buatan Indonesia, helikopter, radar, model mesin pesawat, senjata api, dan replika pesawat C-47 Dacota VT-CLA yang ditembak jatuh ketika melakukan misi kemanusiaan di daerah Ngoto, Bantul dan menewaskan para pionir AU antara lain Komodor Muda Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, serta Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokoesoemo.

Di ruangan ini kita juga diperbolehkan menaiki beberapa jenis pesawat, berfoto dengan gaya seperti penerbang, tentunya hal ini akan membuat anak-anak sangat senang, apalagi kesempatan duduk di kokpit pilot pesawat tempur tentu jarang ditemui di tempat lain.

Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta buka setiap hari kecuali hari Senin dan hari libur nasional. Biaya masuk ke Museum Dirgantara sangat murah, hanya Rp 3.000 per orang dan ada diskon untuk rombongan beranggotakan minimal 30 orang.

Berkunjung ke Museum Dirgantara memberikan pengalaman tersendiri, selain melihat hal-hal yang jarang ditemukan di tempat lain, kita juga bisa mengetahui sejarah panjang TNI AU mulai dari berdirinya hingga jejak-jejak perjuangannya pada masa Kemerdekaan. Anak-anak juga akan merasa gembira karena bisa merasakan pengalaman berada di kokpit pesawat tempur dan berfoto bersama senjata-senjata milik TNI AU.

Comments